Persetujuan Penjualan San Siro Buka Jalan Stadion Baru 71.500 Kursi untuk AC Milan dan Inter

Moveon88 – Dewan kota Milan pada Selasa pagi mengakhiri perdebatan hampir 12 jam dengan suara tipis 24 berbanding 20 untuk menyetujui penjualan stadion legendaris San Siro beserta lahan sekitarnya kepada AC Milan dan Inter Milan, sebuah langkah yang membawa kedua klub selangkah lebih dekat untuk memiliki stadion modern milik sendiri. Keputusan yang dipungut sekitar pukul 03.00 dini hari itu membuka kemungkinan merobohkan arena berusia 99 tahun dan menggantinya dengan stadion gabungan berkapasitas 71.500 penonton yang akan menjadi inti proyek regenerasi perkotaan seluas sekitar 281.000 meter persegi.

Nilai aset San Siro dan wilayah sekitarnya telah ditetapkan sekitar 197 juta euro menurut data lembaga pajak Italia, dan penjualan harus diselesaikan sebelum tenggat 10 November — sebuah batas waktu yang dimaknai penting karena implikasi hukum dan administratif yang dapat membuat upaya pembongkaran jauh lebih rumit setelah lewatnya tanggal tersebut. Pekan lalu kedua klub mengumumkan bahwa mereka telah menunjuk firma arsitektur internasional Foster + Partners bersama Manica untuk menyusun konsep stadion baru, menandai fase perencanaan desain yang kini akan dipercepat seiring dengan kebutuhan menuntaskan proses administratif.

Rencana yang diusung bukan sekadar stadion; proyek ini mencakup area komersial, ruang publik, fasilitas hospitality, dan infrastruktur transportasi yang dirancang untuk mengubah wajah kawasan San Siro menjadi distrik multifungsi modern. Namun realisasi gagasan tersebut harus berjalan beriringan dengan jadwal acara besar yang sudah tercatat: San Siro yang ada dijadwalkan menjadi tuan rumah upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin Milan–Cortina pada bulan Februari, sementara tujuan akhir adalah agar stadion baru siap dan berfungsi ketika Italia menjadi salah satu tuan rumah Euro 2032 bersama Turki — target yang memberi tekanan besar pada waktu perencanaan dan konstruksi.

Keputusan dewan memicu reaksi beragam di masyarakat Milan dan di kalangan penggemar. Pendukung proyek menyoroti potensi manfaat ekonomi: penciptaan lapangan kerja, peningkatan investasi, dan peningkatan pendapatan klub melalui fasilitas modern yang menawarkan peluang hospitality, event non‑pertandingan, dan hak komersial yang lebih besar. Di sisi lain, para penentang, termasuk kelompok pelestari warisan budaya dan sebagian warga lokal, mengkhawatirkan hilangnya simbol identitas kota; San Siro adalah saksi hampir satu abad sejarah sepakbola Milano—derbi klasik, momen gemilang dan pahit yang tertanam dalam memori publik. Kritik juga mengemuka soal dampak lingkungan, kemacetan lalu lintas, dan tekanan pada kualitas hidup kawasan selama fase konstruksi.

Secara teknis, sebelum pembongkaran dapat dimulai pihak klub dan otoritas kota harus menuntaskan serangkaian izin dan studi: evaluasi dampak lingkungan, analisis lalu lintas, kajian arkeologi bila diperlukan, serta rencana pengelolaan limbah bangunan dan mitigasi polusi suara dan debu. Di level hukum, proyek sebesar ini rawan tantangan—dari banding administratif hingga gugatan oleh organisasi pelestari atau kelompok warga yang menuntut perlindungan situs bersejarah atau kompensasi. Teknis perizinan dan kemungkinan sengketa menggarisbawahi bahwa persetujuan dewan hanyalah langkah awal dari rangkaian proses panjang.

Pembiayaan proyek juga menjadi aspek krusial. Meskipun rincian struktur modal belum dipublikasikan secara lengkap, proyek stadion besar umumnya menggabungkan investasi swasta klub dan mitra, potensi skema kemitraan publik-swasta, serta pembiayaan yang akan didukung oleh pendapatan masa depan dari hak komersial stadion, hospitality, dan pengembangan lahan sekitarnya. Kepastian arsitektur pembiayaan, alokasi risiko, dan jaminan bagi investor akan menjadi titik negosiasi penting antara klub, bank, dan otoritas lokal—terutama mengingat skala dan dampak ekonomi proyek ini.

Di tengah perdebatan, muncul pula usulan kompromi yang seringkali diangkat dalam diskusi revitalisasi stadion bersejarah: bukannya pembongkaran total, beberapa pihak mengusulkan renovasi menyeluruh San Siro atau mempertahankan bagian-bagian ikonik sebagai elemen warisan dalam kompleks baru—misalnya museum, monumen, atau integrasi fasad bersejarah. Opsi-opsi tersebut membawa trade-off antara biaya, waktu, dan hasil estetika serta fungsional, sehingga menentukan pilihan akhir akan bergantung pada keseimbangan antara kepentingan komersial klub, tuntutan publik, dan batasan perizinan.

Langkah-langkah praktis berikutnya meliputi penyelesaian administratif penjualan sebelum tenggat 10 November, finalisasi desain awal oleh Foster + Partners dan Manica, peluncuran studi teknis terperinci, perencanaan pembiayaan, serta strategi komunikasi dan mitigasi dampak untuk menjawab kekhawatiran warga. Sementara itu, kehidupan sepakbola kota tidak berhenti: San Siro yang ada masih memiliki peran—termasuk menjadi tuan rumah acara Olimpiade—sebelum akhirnya dialihkan atau dihancurkan, dan proses transisi harus dikelola agar agenda-event internasional tidak terganggu.

Persetujuan dewan kota menandai titik balik yang menentukan bagi masa depan stadion di Milan: sebuah kemenangan bagi ambisi modernisasi dan komersialisasi dua klub terbesar kota, tetapi juga momen refleksi tentang bagaimana masyarakat menilai dan melindungi warisan budaya. Bagi banyak penggemar, keputusan ini menghadirkan dilema emosional—antara kenangan yang melekat pada San Siro dan harapan akan fasilitas baru yang lebih canggih. Waktu, perizinan, dan dinamika politik akan menentukan apakah visi stadion gabungan 71.500 kursi itu akan segera menjadi simbol kebangkitan baru Milano, atau justru berubah menjadi serangkaian kompromi panjang yang mencoba menyeimbangkan nostalgia dengan kebutuhan masa depan.