Moveon88 – Paris Saint-Germain mengemas kemenangan tipis 3-2 di markas Metz dalam laga Sabtu malam yang menegangkan, sekaligus merebut kembali puncak klasemen Ligue 1. Di tengah rotasi besar yang dilakukan Luis Enrique, dua remaja Quentin Ndjantou (18) dan Ibrahim Mbaye (17) tampil gemilang: Ndjantou mencetak gol perdananya untuk klub, sementara Mbaye mengirimkan dua assist yang menentukan ritme dan hasil akhir pertandingan. Goncalo Ramos dan pemain pengganti Desire Doue melengkapi daftar pencetak gol PSG, sementara Metz membalas lewat Jessy Deminguet dan Georgiy Tsitaishvili.
Empat hari jelang final Piala Interkontinental melawan Flamengo di Qatar, Luis Enrique merombak komposisi tim untuk perjalanan ke timur laut Prancis. Dengan pemenang Ballon d’Or Ousmane Dembele dinilai belum fit usai sakit, sang pelatih menempatkan beberapa nama kunci di bangku cadangan: Desire Doue, Bradley Barcola, Joao Neves, Khvicha Kvaratskhelia, dan kiper Lucas Chevalier. Keputusan berani itu membuka jalan bagi duet remaja di sektor sayap: Mbaye mengawal sisi kiri dan Ndjantou di kanan, mengapit Ramos sebagai ujung tombak. Kecepatan, keberanian duel, dan ketenangan keduanya segera menghadirkan dimensi segar dalam serangan Les Parisiens.
Setelah fase pembuka yang relatif berhati-hati, PSG mulai menemukan ritme pada kuartal akhir babak pertama. Tekanan terstruktur dari sisi sayap memaksa blok rendah Metz bergeser dan membuka celah di area kotak penalti. Gol pertama lahir pada menit ke-31: Lee Kang-in mengirim umpan silang terukur yang disambut tandukan tajam Goncalo Ramos untuk menaklukkan kiper Jonathan Fischer. Delapan menit berselang, kombinasi dua remaja PSG mencuri panggung. Mbaye melepaskan umpan silang berbahaya ke kotak enam yard, dan Ndjantou menyusup di tiang jauh untuk menceploskan bola—gol perdana yang istimewa bagi sang pemain muda bersama tim senior.
Keunggulan dua gol tak bertahan lama. Hanya tiga menit setelah gol Ndjantou, kemelut di tepi kotak penalti PSG berujung bola liar yang jatuh sempurna ke jalur tembakan Jessy Deminguet. Sepakan jarak jauhnya menghujam sudut gawang, menghidupkan kembali asa Metz sebelum turun minum. Babak pertama pun ditutup dengan tensi memuncak: PSG dominan, tetapi Metz menunjukkan taji setiap kali mendapat ruang tembak.
Memasuki babak kedua, Fischer tampil krusial untuk Metz. Penjaga gawang asal Denmark itu mematahkan peluang emas Ramos dengan penyelamatan refleks yang gemilang, menjaga selisih tetap tipis. Metz pun merespons lewat transisi cepat; tepat sebelum menit ke-60, Habib Diallo menyambar bola jatuh di tepi kotak, namun tendangan volinya hanya melebar tipis dari tiang. Laga kian terbuka: PSG menjaga kontrol, Metz menunggu momen.
Perubahan yang paling berdampak datang dari bangku cadangan. Masuknya Desire Doue memberikan dorongan baru pada akselerasi dan agresivitas vertikal PSG. Momen penentu hadir dalam skema yang bermula dari sepak pojok Metz: garis belakang tuan rumah kehilangan organisasi saat PSG melancarkan serangan balik kilat. Mbaye, kembali jadi aktor kunci, mengirim umpan akurat dari tengah lapangan ke ruang terbuka. Doue berlari bebas dari area sendiri, menempuh sekitar 70 yard sebelum menyelesaikan dengan tenang melewati Fischer—sebuah gol yang merepresentasikan kejernihan keputusan dan ketenangan eksekusi di situasi bertekanan.
PSG nyaris menambah keunggulan saat Mbaye, yang pekan lalu mencetak gol perdananya musim ini kontra Rennes, menghantam tiang gawang pada menit ke-71. Namun Metz menolak menyerah. Sembilan menit jelang bubaran, Georgiy Tsitaishvili melepaskan tendangan melengkung indah dari luar kotak penalti untuk memperkecil kedudukan. Gelombang tekanan tuan rumah pun hadir di sisa waktu, tetapi PSG mempertahankan disiplin hingga peluit akhir—sebuah ujian mental yang lulus dengan nilai tinggi untuk skuat yang sangat muda di sektor depan.
Kemenangan ini bukan sekadar tambahan tiga poin, melainkan validasi atas kedalaman skuad serta keberanian Luis Enrique mempercayakan panggung besar kepada talenta belia. Ndjantou menawarkan ketajaman penyelesaian dan penempatan posisi yang matang, sementara Mbaye memamerkan timing, visi umpan, dan keberanian mengambil keputusan di zona genting. Di sisi lain, Metz layak mendapat kredit atas daya juang dan kualitas tembakan jarak jauh yang membuat laga tetap hidup sampai detik terakhir.
Dari sisi klasemen, hasil ini mengembalikan PSG ke puncak. Meski begitu, posisi tersebut masih berpotensi berubah: Lens dapat merebutnya jika mampu mengalahkan Nice—yang tengah terjerembab dalam delapan kekalahan beruntun di semua ajang—pada hari Minggu. Sementara itu, di partai lain, Rennes melesat ke posisi kelima usai berbalik menang 3-1 atas Brest.
Di antara rotasi pramisi dan jadwal padat, PSG mendapatkan apa yang mereka cari: kemenangan, kepercayaan diri, serta konfirmasi bahwa generasi baru siap memikul tanggung jawab. Berikutnya menanti final besar di Qatar; namun untuk malam ini, sinar terang datang dari dua nama belia yang tampak matang melampaui usianya.
Inter Tetap Perkasa di Puncak: Gol Tunggal Lautaro Kunci Kemenangan di Bergamo Moveon88 – Inter Milan mempertahankan statusnya sebagai…
Penalti Telat Appollis Antar Afrika Selatan Tundukkan Zimbabwe 3-2 dan Amankan Tiket 16 Besar Moveon88 – Oswin Appollis menjadi…
Messi Panaskan Amerika Selatan: Inter Miami Umumkan Tur Pramusim dengan Agenda Big Match Kontra Barcelona de Guayaquil Moveon88 – Inter…
Osimhen Menyalakan Super Eagles: Nigeria Redam Badai Tunisia, Amankan Tiket Babak Gugur Moveon88 – Victor Osimhen tampil menonjol saat…