Moveon88 — Mohamed Salah kembali menjadi pahlawan. Di saat-saat ketika jarum jam seperti menekan dada para pendukung, bintang andalan Mesir itu mencetak gol kemenangan di waktu tambahan untuk memastikan kemenangan 2-1 atas Zimbabwe dalam laga Grup B Piala Afrika yang menegangkan di Agadir, Maroko, pada Senin malam. Tembakan presisi ke sudut gawang melewati kiper veteran Zimbabwe berusia 40 tahun, Washington Arubi, mengubah malam yang berpotensi suram bagi Firaun menjadi pernyataan ambisi di laga pembuka.
Mesir memulai pertandingan dengan naluri menekan khas mereka. Di stadion berkapasitas 40.000 penonton di kota pesisir selatan itu, para pemain Hossam Hassan menempatkan Zimbabwe sangat dalam di wilayahnya sendiri. Serangan bertubi-tubi datang dari sisi sayap dan tengah; Salah mengirimkan umpan silang berbahaya yang gagal disambut rekan-rekannya, lalu upaya jarak dekatnya diblok ketika Warriors dipaksa bertahan rapat di depan Arubi. Namun, skenario yang tampak condong ke arah Mesir buyar ketika Zimbabwe mencuri momentum pada menit ke-20. Dari umpan silang tajam Emmanuel Jalai ke kotak penalti, Prince Dube memenangi duel, memutar badan, dan melepaskan sepakan rendah yang menaklukkan Mohamed El Shenawy ke sudut gawang, membungkam mayoritas pendukung Mesir.
Gol itu membuat permainan berubah tegang. Tak lama setelahnya, kemelut di area enam yard Mesir hampir berbuah petaka sebelum El Shenawy akhirnya mengamankan bola. Di pinggir lapangan, Hossam Hassan — legenda yang kini membesut tim — tampak semakin frustrasi sembari meneriakkan instruksi. Ada asa ketika Omar Marmoush lolos dari jebakan offside, namun Arubi sigap keluar, memenangkan duel, dan membersihkan ancaman. Jelang jeda, Marmoush kembali mencuri perhatian lewat sepakan jarak jauh yang memaksa Arubi melakukan penyelamatan ujung jari yang gemilang. Di sisi lain, atmosfer memanas saat Mahmoud “Trezeguet” Hassan diganjar kartu kuning karena dianggap melakukan diving di kotak penalti. Salah sendiri sempat memperoleh peluang setengah matang di masa tambahan babak pertama, tetapi barisan belakang Zimbabwe berhasil menutup ruang tembaknya.
Babak kedua merupakan cerminan ketegangan yang sama. Mesir terus menggempur, Zimbabwe bertahan dengan disiplin dan bergantung pada kerapian barisan belakang untuk meredam kreativitas lawan. Para gelandang Mesir mencoba mengubah tempo, memecah struktur lewat pergerakan tanpa bola dan kombinasi cepat, sementara Salah tetap menjadi titik fokus, menarik dua hingga tiga pemain sekaligus setiap kali menguasai bola. Tekanan tak henti itu akhirnya berbuah pada menit ke-63. Marmoush memanfaatkan celah di lini belakang, menerima umpan terobosan, menusuk ke kotak dari sisi sempit, dan menyelesaikannya dengan tembakan keras mendatar yang menaklukkan Arubi. Skor imbang 1-1 mengembalikan kepercayaan diri Firaun dan memaksa Zimbabwe kembali untuk bertahan lebih dalam.
Meski dominan, Mesir tetap diuji kesabaran. Dua belas menit sebelum waktu normal habis, Salah mendapatkan ruang untuk menembak dalam situasi satu lawan satu dengan bek, namun tendangannya yang terburu-buru melambung di atas mistar. Momen itu seolah menyiratkan bahwa malam tersebut akan berujung antiklimaks bagi sang kapten. Tapi drama belum selesai. Saat pertandingan memasuki waktu tambahan, bola liar di dalam kotak Zimbabwe jatuh ke jalur lari Salah. Dengan ketenangan seorang eksekutor ulung, ia melepaskan sepakan mendatar ke tiang jauh, melewati jangkauan Arubi. Gol telat itulah yang memastikan tiga poin krusial bagi Mesir, mengubah kegelisahan menjadi sorak kegembiraan yang membahana.
Kemenangan ini menempatkan Mesir sejajar dengan Afrika Selatan di puncak perolehan poin sementara Grup B. Sebelumnya di Marrakesh, Afrika Selatan menumbangkan Angola 2-1, sehingga kedua raksasa regional itu sama-sama mengemas tiga poin setelah rangkaian laga perdana. Dalam kompetisi singkat dan ketat seperti Piala Afrika, start positif bukan sekadar soal statistik; ini adalah suntikan psikologis yang bisa menentukan langkah di pertandingan-pertandingan berikutnya.
Di balik sorotan lapangan, narasi seputar Salah menambah lapisan cerita. Sang bintang tiba di Maroko dengan bayang-bayang ketidakpastian di level klub: ia tidak menjadi starter dalam lima laga beruntun Liverpool jelang turnamen, situasi yang memicu kemarahannya terhadap manajer Arne Slot. Pernyataan kontroversialnya usai hasil imbang melawan Leeds United — ketika ia mengaku merasa “dikhianati” — membuat spekulasi perpindahan pada jendela Januari mengemuka. Namun, semua kegaduhan itu seolah memudar di Agadir. Seperti diakui Hossam Hassan sebelum laga, “Saya merasa motivasinya sangat, sangat kuat. Salah adalah ikon dan akan tetap demikian. Dia salah satu pemain terbaik di dunia, dan saya mendukungnya dalam segala hal yang dia lakukan.” Malam ini, perkataan tersebut menemukan pembuktian di atas rumput hijau.
Bagi Mesir, targetnya jelas: memperpanjang rekor menjadi delapan gelar Piala Afrika. Ironisnya, meski namanya telah mengglobal, Salah belum pernah mengangkat trofi kontinental bersama tim nasional. Dua kali ia begitu dekat—runner-up pada 2017 dan 2022—namun momen puncak belum tiba. Gol kemenangan di Agadir memberikan isyarat bahwa misi kali ini bukan sekadar angan. Dengan kombinasi pengalaman pemain senior, kualitas individu yang mumpuni, serta manajemen emosi pada momen-momen genting, Firaun menunjukkan bahwa mereka masih tahu cara menang di panggung yang paling rumit.
Zimbabwe patut mendapat kredit atas keberanian dan determinasi. Mereka bukan hanya menahan gempuran selama lebih dari satu jam, tetapi juga mencuri keunggulan lebih dulu dan memaksa Mesir bekerja ekstra keras untuk membalikkan keadaan. Performa Arubi yang penuh refleks, koordinasi lini belakang yang rapi, serta efektivitas memanfaatkan momen transisi menunjukkan bahwa Warriors punya modal untuk mengganggu peta persaingan. Namun pada akhirnya, kualitas eksekusi di kotak penalti menjadi pembeda yang tak terelakkan.
Ketika peluit panjang berbunyi, papan skor menegaskan sebuah pelajaran lama: di turnamen besar, detail kecil dan kedewasaan pada momen krusial menentukan hasil. Mesir memang harus berpeluh dan sempat terguncang, tetapi mereka pulang dengan apa yang paling penting—tiga poin dan keyakinan bahwa sang kapten, Mohamed Salah, masih memiliki sentuhan emas untuk mengubah cerita menjadi kemenangan. Dengan start yang dramatis ini, langkah selanjutnya di Grup B akan dipandang dengan optimisme yang beralasan, sembari tetap menyadari bahwa jalan menuju gelar kedelapan akan penuh ujian seperti malam di Agadir.
Inter Tetap Perkasa di Puncak: Gol Tunggal Lautaro Kunci Kemenangan di Bergamo Moveon88 – Inter Milan mempertahankan statusnya sebagai…
Penalti Telat Appollis Antar Afrika Selatan Tundukkan Zimbabwe 3-2 dan Amankan Tiket 16 Besar Moveon88 – Oswin Appollis menjadi…
Messi Panaskan Amerika Selatan: Inter Miami Umumkan Tur Pramusim dengan Agenda Big Match Kontra Barcelona de Guayaquil Moveon88 – Inter…
Osimhen Menyalakan Super Eagles: Nigeria Redam Badai Tunisia, Amankan Tiket Babak Gugur Moveon88 – Victor Osimhen tampil menonjol saat…