Moveon88 – Mesir resmi merilis skuad 28 pemain untuk Piala Afrika 2025 di Maroko, dengan Mohamed Salah dan Omar Marmoush menjadi poros utama serangan. Pelatih kepala Hossam Hassan mengumumkan daftar itu pada Kamis, memastikan kehadiran Salah yang akan meninggalkan Liverpool di periode sibuk akhir tahun—sekaligus mendapat jeda dari sorotan panas usai kabar perselisihannya dengan manajer The Reds, Arne Slot. Penyerang sayap 33 tahun itu diperkirakan absen setidaknya dalam dua laga Liga Primer selama turnamen berlangsung.
Di lini depan, Mesir juga mengandalkan Omar Marmoush, penyerang Manchester City yang tengah naik daun, serta Mahmoud “Trezeguet”, eks Aston Villa yang kini memperkuat Al Ahly. Kombinasi pengalaman dan eksplosivitas ini dipasang untuk mengimbangi padatnya jadwal fase grup sekaligus menambah variasi ancaman di kotak penalti. Tiga laga pembuka akan menjadi batu uji pertama: menghadapi Zimbabwe pada 22 Desember, ditantang Afrika Selatan empat hari berselang, lalu menutup fase grup kontra Angola pada 29 Desember. Dengan tiga pertandingan dalam delapan hari, kedalaman skuad 28 pemain memberi fleksibilitas rotasi yang krusial bagi Hassan.
Bagi Salah, panggung AFCON menawarkan dua hal sekaligus: ruang untuk memimpin dan menginspirasi ruang ganti, serta kesempatan mengalihkan fokus dari dinamika internal klub. Di level timnas, perannya tak sekadar sebagai finisher, tetapi juga pemantik serangan dari sisi kanan—memotong ke dalam untuk membuka sudut tembak, memaksa bek lawan keluar posisi, dan menciptakan ruang bagi runner dari lini kedua. Marmoush melengkapi paket itu dengan mobilitas dan daya jelajah tinggi untuk menyerang ruang di belakang garis pertahanan, sementara Trezeguet menjaga lebar permainan dan menjadi jalur crossing maupun cut-back.
Hossam Hassan, ikon sepak bola Mesir yang kini menakhodai tim, akan menimbang keseimbangan antara agresivitas dan kontrol. Mengingat intensitas lawan dan karakter fase grup, Mesir berpeluang mengadopsi pendekatan pragmatis: pertahanan rapat di blok menengah, transisi cepat memanfaatkan kecepatan sayap, serta bola mati sebagai sumber gol alternatif. Dengan jadwal berdekatan, manajemen beban pemain dan variasi komposisi lini tengah menjadi penentu—menjaga ritme tanpa kehilangan struktur.
Secara historis, Mesir datang ke Maroko mengusung tradisi besar dan ekspektasi tinggi. Tujuh gelar AFCON menempatkan The Pharaohs sebagai raja kompetisi, meski trofi terakhir diraih pada 2010. Mereka sempat dua kali menembus final setelahnya namun gagal menyempurnakan langkah. Di edisi 2025 ini, target minimum adalah lolos dari fase grup dan menancapkan kembali status sebagai kandidat juara, sementara sasaran ideal tentu mengakhiri penantian panjang dengan bintang kedelapan. Grup yang diisi Zimbabwe, Afrika Selatan, dan Angola menuntut konsistensi: tidak ada margin besar untuk kesalahan, namun semua lawan dapat diatasi jika Mesir menampilkan level terbaiknya.
Dari sisi psikologis, pengumuman skuad lebih awal dan kejelasan peran andalan bisa membantu soliditas ruang ganti. Para pemain kunci mendapatkan waktu adaptasi yang cukup terhadap iklim dan kondisi lapangan di Maroko, sementara staf pelatih menyiapkan skenario rotasi untuk tiga laga beruntun. Di saat yang sama, faktor eksternal—mulai dari tekanan publik hingga ekspektasi media—perlu dikelola, terlebih ketika fokus besar tertuju pada Salah. Kejernihan rencana permainan dan komunikasi yang tegas dari Hassan akan menjadi perisai pertama menghadapi dinamika di dalam dan luar lapangan.
Turnamen ini juga membawa implikasi ke klub: Liverpool harus meracik ulang skema serangan tanpa Salah untuk beberapa pekan, sementara Mesir berharap sang kapten kembali dalam kondisi fisik dan mental yang segar. Bagi Marmoush, AFCON adalah etalase untuk memperkuat statusnya di level elit Eropa; performa tajam dapat mengerek peran dan menit bermainnya di klub. Trezeguet, dengan pengalaman dan etos kerja, menambah stabilitas di fase-fase sulit pertandingan.
Dengan skuad 28 pemain yang memberi banyak opsi, Mesir melangkah ke AFCON 2025 dengan modal identitas kuat: disiplin defensif, kecepatan sayap, serta kualitas pemecah kebuntuan pada diri Salah dan Marmoush. Jika eksekusi di sepertiga akhir berjalan efektif dan rotasi tersusun rapi, The Pharaohs punya semua alat untuk memimpin grup—dan melaju lebih jauh di fase gugur. Misi besar dimulai di Maroko, dan Mesir datang bukan sekadar untuk bersaing, melainkan untuk merebut kembali tahta Afrika.
Inter Tetap Perkasa di Puncak: Gol Tunggal Lautaro Kunci Kemenangan di Bergamo Moveon88 – Inter Milan mempertahankan statusnya sebagai…
Penalti Telat Appollis Antar Afrika Selatan Tundukkan Zimbabwe 3-2 dan Amankan Tiket 16 Besar Moveon88 – Oswin Appollis menjadi…
Messi Panaskan Amerika Selatan: Inter Miami Umumkan Tur Pramusim dengan Agenda Big Match Kontra Barcelona de Guayaquil Moveon88 – Inter…
Osimhen Menyalakan Super Eagles: Nigeria Redam Badai Tunisia, Amankan Tiket Babak Gugur Moveon88 – Victor Osimhen tampil menonjol saat…