Moveon88 – Eberechi Eze akhirnya memecah kebuntuan golnya di Liga Primer untuk Arsenal dengan sebuah penyelesaian dingin yang lahir dari situasi bola mati, membawa sang pemimpin klasemen meraih kemenangan 1-0 atas mantan klubnya, Crystal Palace, di Stadion Emirates pada Minggu malam. Gol pada penghujung babak pertama itu bukan hanya membawa tiga poin penting, tetapi juga menegaskan satu kekuatan kunci Arsenal musim ini: efektivitas luar biasa dari set-piece yang berubah menjadi senjata mematikan di tangan Mikel Arteta.
Permainan di Emirates berjalan dalam irama yang menggambarkan musim Arsenal: disiplin defensif, penguasaan bola yang terukur, serta kemampuan mengeksekusi rencana dari bola mati. Pada menit ke-39 Declan Rice mengirim tendangan bebas melengkung ke kotak penalti Palace; Gabriel Magalhaes menyambutnya dengan sundulan yang mengarah tepat kepada Eze. Gelandang berusia 25 tahun itu menunjukkan teknik yang rapi untuk mengontrol bola dan melepas tembakan lincah dari sekitar 12 yard yang tak mampu dijangkau kiper Dean Henderson. Selebrasi Eze berlangsung sederhana—mengangkat tangan ke langit tanpa ekspresi berlebih—sebuah penghormatan tersendiri terhadap klub yang membesarkan namanya, namun tepuk tangan meriah, termasuk dari sebagian suporter Palace, menandai momen emosional itu.
Kemenangan ini terasa manis bagi Arsenal. Sejak dibeli dari Palace pada Agustus dengan biaya sekitar £60 juta, Eze baru mencetak gol liga pertamanya untuk The Gunners setelah sebelumnya hanya menghasilkan satu gol dari 10 penampilan di semua kompetisi. Gol ke gawang mantan klub tentu menjadi bukti bahwa adaptasinya ke lingkungan baru mulai membuahkan hasil, sekaligus menambah opsi serangan Arteta yang kini memiliki lebih banyak variasi dalam fase akhir serangan.
Arsenal tak hanya menang berkat gol Eze, melainkan juga berkat konsistensi yang jarang terlihat dari lini belakang. Hingga pertandingan ini, The Gunners baru kebobolan tiga gol dari 13 laga di semua kompetisi, mencatat 10 clean sheet—angka yang menunjukkan keseimbangan taktikal antara pressing terukur dan organisasi pertahanan. Performa defensif inilah yang memungkinkan Arsenal menjaga momentum saat lini depan juga berkontribusi dengan produktivitas dari bola mati; tim ini kini tercatat sebagai klub pertama di lima liga top Eropa yang mencapai 10 gol dari situasi bola mati dalam musim ini, dan gol Eze menambah koleksi tersebut menjadi 11.
Laga sempat berjalan tegang terutama pada awal-awal ketika Palace berusaha mengejutkan tuan rumah. Di bawah sorotan dari tribun, termasuk kehadiran ikon rock Jon Bon Jovi, Palace tampil agresif lewat kecepatan Jean-Philippe Mateta dan Ismaila Sarr yang beberapa kali mengancam. William Saliba sempat melakukan intervensi krusial untuk mematahkan serangan Palace, namun sayang bek Prancis itu tidak dapat melanjutkan pertandingan setelah jeda dan digantikan Cristhian Mosquera. Di babak kedua Declan Rice juga terlihat tertatih-tatih dan harus meninggalkan lapangan—dua isu kebugaran yang bisa menjadi perhatian Arteta menjelang pekan-pekan padat ke depan.
Arsenal sempat mengancam menambah keunggulan: sundulan Gabriel membentur mistar dan bola memantul ke Rice, namun upaya susulan berhasil dibendung Henderson; Bukayo Saka juga nyaris menambah gol dengan tendangan melengkung yang hanya melebar tipis. Gabriel sendiri menabrak tiang saat mencoba sundulan lain dan membutuhkan perawatan, menambah catatan cedera kecil dalam laga tersebut. Di sisi lain, performa defensif Palace di banyak momen membuat Arsenal harus sabar membongkar rapatnya pertahanan tamu, namun penguasaan bola serta set-piece yang terlatih akhirnya menjadi pembeda.
Dampak di klasemen cukup signifikan. Kemenangan ketujuh Arsenal dari sembilan laga liga memperkuat posisi mereka di puncak: unggul empat poin dari Bournemouth di urutan kedua, dan—yang lebih menarik—unggul enam poin dari Manchester City serta tujuh poin dari Liverpool. Kekalahan Liverpool 3-2 dari Brentford sehari sebelumnya semakin mengendurkan tekanan dari sang juara bertahan, yang kini tengah melewati periode sulit dengan serangkaian hasil negatif di liga. Bagi Arsenal, jarak ini menghadirkan peluang sekaligus tanggung jawab untuk mempertahankan konsistensi ketika persaingan menuju paruh musim akan semakin sengit.
Kemenangan 1-0 ini juga menegaskan perkembangan proyek Arteta: skuad yang lebih matang secara taktikal, kompak di lini bertahan, serta mampu mencetak gol dari berbagai sumber—bukan hanya melalui aksi individu di sayap atau melalui penyerang pusat. Namun tantangan tetap ada; manajemen cedera pemain kunci seperti Saliba dan Rice harus menjadi prioritas, seiring jadwal padat yang menunggu termasuk laga-laga penting di Liga Champions dan jadwal domestik. Rotasi yang bijak dan pengelolaan kondisi fisik akan menentukan apakah Arsenal bisa mempertahankan ritme dan akhirnya mengakhiri paceklik gelar Liga Inggris yang telah berlangsung sejak 2004.
Saat Eze meninggalkan lapangan di menit-menit akhir, tepuk tangan menggema dari Emirates, termasuk sorakan pengakuan dari sebagian fans Palace—sebuah momen yang menggambarkan dua aspek sekaligus: kebangkitan pemain yang pernah dibesarkan di klub lawan, dan simbol kematangan tim Arsenal yang kini tak hanya mengejar kemenangan, tapi juga menghimpun bukti bahwa musim ini mereka benar-benar layak diperhitungkan dalam perburuan gelar.
Delap Cedera Bahu, Maresca Cemas: Chelsea Kehilangan Opsi No. 9 Jelang Atalanta Usai Imbang 0-0 Kontra Bournemouth Moveon88 –…
Athletic Bilbao Tekuk Atletico Madrid 1-0, Selisih Los Colchoneros dari Barcelona Melebar Moveon88 – Athletic Bilbao meraih kemenangan berharga…
Epilog Sang Rival Abadi: Mungkinkah Messi vs Ronaldo Terjadi Sebelum Final Piala Dunia 2026? Moveon88 — Piala Dunia FIFA…
Oman Gagal Manfaatkan Keunggulan Jumlah, Ditahan 10 Pemain Maroko 0-0 di Piala Arab FIFA 2025 Moveon88 — Oman harus…